Pada zaman dahulu kala ada sebuah keluarga yang hidup serba berkecukupan. Di dalam rumah yang seadanya, tinggallah seorang anak gadis yang sangat cantik jelita bernama Merila. Merila hidup bersama ayah dan ibu serta ketiga saudara perempuannya, Mocca, Mesila dan Misantri. Mereka hidup saling bergantung satu sama lain.
Suatu ketika, Ayah mendapat panggilan untuk berkerja di sebuah pelabuhan. "Nah, sekarang Ayah akan pergi untuk beberapa hari. Kalau ada apa-apa, segera hubungi Ayah. Ayah janji, begitu Ayah pulang, Ayah akan membawa hadiah yang banyak. Kalian minta apapun, Ayah akan kabulkan."
"Semua ya,Yah. Kalau begitu Mocca minta emas yang banyak dan baju gaun merah muda."
"Kalau Mesila minta boneka beruang putih yang bulunya terbuat dari kain sutra yang sangat halus."
"Kalau Misantri minta kalung emas dan mutiara yang diambil langsung dari dasar laut."
"Baiklah. Pasti Ayah akan bawa pulang semua yang kalian minta. Merila, kamu minta apa dari Ayah?"
"Merila tidak minta apa-apa dari Ayah. Asalkan Ayah bisa pulang dengan selamat,itu jauh lebih berharga dari apapun." Ayah sangat terharu mendengar permintaan putri bungsunya. "Ayah, hati-hati ya di jalan. jangan lupa pesan Ibu semalam."
"Ayah tidak akan lupa. Kalau begitu Ayah pergi dulu." Ayah pun menunggangi kudanya dan segera pergi meninggalkan rumah.
Saat Ayah dan kudanya tidak terlihat lagi, sifat asli Mocca, Mesila, Misantri dan Ibu mulai keluar. "Eh, Merila! Kamu jangan sok polos. Pura-pura tidak meminta apa-apa. Aku yakin, begitu Ayah pulang, kamu pasti akan meminta agar kami meminjamkannya. Iya kan? Ayo ngaku!"
"Enggak. Aku gak mau apa-apa."
"Udahlah! Ngapain sih ngomong ama orang yang telmi? Buang-buang waktu. Eh Merila, awas kalau sampai kamu ngadu ke Ayah perilaku kami ke kamu. Asal kamu tahu ya, semua orang di desa ini, udah gak ada lagi yang berani sama kami. Makanya, selama Ayah pergi, kamulah yang jadi pembantu di rumah ini."
"Apa?"
"Gak cuma itu. Kamu juga harus beresin kamar kami."
"Tidak bisa begitu dong. Biasanya kan kita mengerjakannya bersama. Kenapa hanya aku yang mengurus rumah?"
"Udah, cepet sana! Gak usah kebanyakan alasan."
Merila hanya menuruti semua keinginan Ibu dan ketiga saudaranya.Semenjak itu, hari-hari berat Merila pun dimulai.
Seminggu kemudian,
Hari itu, Merila sedang menjemur pakaian-pakaian yang baru saja ia cuci di belakang rumah. Tiba-tiba datang seorang kakek-kakek lusuh dengan pakaian yang sudah robek sana-sini. "Selamat pagi, Nona. Apakah benar ini alamat rumah Putri Merila? Bisakah saya bertemu dengannya?"
"Pagi. Saya Putri Merila. Kakek siapa?", tanyanya dan terpaksa menghentilkan kegiatannya. "Saya hanya mengabarkan bahwa, ayah Nona mengalami kecelakaan kapal saat hendak pulang kemari. Kebetullan saya salah satu awak kapal yang selamat. Tapi sayang, ayah Nona tidak terselamatkan. Beliau meninggal seketika."
"Apa? Tidak mungkin!"
"Aduh! Ada apa sih? Pagi-pagi udah ribut. Berisik!", teriak Mocca yang sangat terganggu dengan obrolan itu. "Kak, Ayah.. Ayah.."
"Iya, Ayah kenapa? Kakek jelek ini siapa? Pasti pengemis! Pergi sana!", usirnya dengan kasar. "Ayah meninggal, Kak. Meninggal dalam kecelakaan kapal."
Mocca tertawa dan tidak percaya. "Apa? Ayah meninggal? Meninggal? Hahaha. Ini kabar yang sangat bagus! Ibu! Mesila! Misantri!" Sesaat, Ibu, Mesila, dan Misantri keluar. "Apa Pak? Suami saya meninggal? Akhirnya.", kata Ibu lega dan senang. "Lho, Ibu dan Kakak kok malah senang? Ayah meninggal Bu, Kak. Meninggal!"
"Iih. Gak usah teriak dong. Kami belum tuli! Udah masuk sana. Bereskan kamar Ibu, setelah itu bersihkan kamar mandi dan jangan lupa masak. Cepat!"
"Tapi Bu.."
"Cepat!" Merila menjadi sangat sedih dan tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain pasrah dan berdoa bagi ayahnya.
Sejak tersiar kabar meninggalnya Ayah, Merila dan keluarganya jatuh miskin. Semua harta yang dimiliki pun telah habis terjual demi memenuhi kebutuhan. Meski pun begitu sikap Ibu dan ketiga putrinya terhadap Merila tidaklah berubah sedikit pun. Bahkan Merila sering diusir, jika tidak mendapatkan uang untuk membeli makanan. Merila sangat sedih dan sering kali menangisi keadaannya. Kebencian dan keirian keluarganya membuatnya semakin terpuruk.
Suatu hari terdengar berita dari sebuah kerajaan yang paling kaya di seluruh negeri. Berita itu berisi bahwa Pangeran Charles sedang mencari seorang istri yang cantik dan bisa memasak dan kelak menggantikan posisinya menjadi seorang ratu yang paling dihormati di seluruh negeri. Tentunya, semua gadis dari berbagai kalangan, berbondong-bondong mengikuti sayembara itu. Akan tetapi setelah sayembara berjalan lebih dari 5 bulan, tidak ada seorang gadis pun yang mampu menarik perhatian Pangeran Charles. Raja dan Permaisuri pun takut, Pangeran Charles tidak akan pernah bisa mendapatkan calon istri karena sifatnya yang terlalu memilih.
Akhirnya, pangeran Charles tidak bisa lagi lama menunggu. Ia pun meminta izin kepada orang tuanya untuk berkelana mencari seorang istri. Awalnya, keinginan itu dilarang, tapi sepertinya memang tidak ada pilihan lain. Maka Pangeran Charles mulai berkelana mencari istri dan berjanji tidak akan kembali sebelum mendapatkan calon istri.
Dan pada akhirnya setelah berkelana begitu jauhnya, Pangeran Charles sampai di rumah Merila. "Permisi."
"Iya, Anda siapa ya?", jawab Ibu dari dalam.
"Perkenalkan saya pangeran Charles. Saya sedang mencari calon istri untuk diperkenalkan kepada orang tua saya. Apakah Anda memiliki seorang gadis cantik yang bisa memasak?"
"Hahaha. Oh tentu saja. Saya punya 3 anak perempuan dan mereka cantik-cantik dan pintar sekali memasak."
"Oh ya? Ini merupakan kesempatan bagus saya untuk mendapatkan calon istri." Ibu memanggil ketiga putrinya yang sangat ia sayangi. Seketika, mereka langsung memasang mata yang berbinar-binar. Pangeran Charles sangat kagum dengan kecantikan mereka. Akan tetapi Pangeran Charles merasa ada yang aneh dengan wajah ketiga putri yang cantik itu. "Apakah, Anda hanya memiliki 3 putri? Lalu yang itu siapa?"
Semua tertuju pada arahan pangeran Charles. Mereka berusaha menutup-nutupi Merila karena di rumah ini hanya Merila yang rajin dan pandai memasak. Mereka berharap, Pangeran Charles tidak memilih Merila. "Oh itu bukan siapa-siapa. Dia hanya pembantu."
"Di rumah sekecil ini bisa menyewa pembantu? Maaf, uangnya dari mana?"
"Dia hanyalah seorang babu tanpa dibayar sepersen pun.", bela Mocca. "Kalau ia adalah pembantu, pasti ia bisa memasak makanan yang lezat kan?" Mereka bingung mau menjawab apa, karena masakan Merila memang lezat. "Tapi pangeran ia hanyalah seorang pembantu. Apa kata orang kalau orang terpandang seperti pangeran menikah dengan seorang pembantu atau seorang babu?"
"Babu atau pembantu sekalipun ia tetaplah gadis berhati lembut. Kemarilah kau yang ada disana." Merila pun mendekati sang pangeran. "Inilah calon istriku yang telah kupilih. Dan tak ada seorang pun yang bisa menggugatnya"
"Tapi, bagaimana pangeran yakin kalau dia adalah pilihan terbaik pangeran?", protes Ibu yang sangat keberatan. "Iya, iya benar.", protes mereka semua. "Baiklah, agar semuanya adil, saya akan mengetes 4 putri cantik ini dalam hal memasak. Siapa yang masakan bisa memikat lidah saya serta berpenampilan menarik perhatian saya, maka dialah calon istri saya kelak." Semuanya langsung setuju. Maka, 4 putri itu memasak sesuai kemampuan mereka masing-masing. Ibu yang tidak bisa membantu, hanya bisa berdoa supaya diantara ketiga putrinya salah satunya dipilih pangeran.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya keempat putri cantik itu telah menyelesaikan perintah dan keinginan pangeran. Ketika keempat menu makanan yang berbeda-beda dihadirkan di hadapannya, mata pangeran Charles hanya tertuju pada satu jenis makanan yang membuatnya tertarik untuk mencobanya yaitu masakan Merila. "Pangeran yang baik, silakan mencoba masakan mulai dari milik saya. Karena saya yakin, masakan sayalah yang terenak."
"Tidak Putri Mocca. Saya ingin memncoba dimulai dari nomor empat. Saya lebih tertarik pada masakan keempat." Merila menjadi berdebar-debar. Namun akhirnya setelah mencoba semua yang tersedia, Pangeran Charles mulai memberi jawabannya untuk segera memilih calon istri. "Saya telah memutuskan siapa yang akan ssya ajak untuk pulang bersama saya ke istana yaitu Putri Merila."
"Apa???"
"Kenapa? Ada yang salah? Kalian bisa mencobanya sendiri. Benar-benar cita rasa yang sangat luar biasa. Berbeda dengan masakan lainnya. Keputusan ini tidak bisa diubah. Putri Merila bersediakah Anda menikah dengan saya dan ikut ke istana serta tinggal di istana bersama saya?"
"Tentu pangeran. Akan tetapi, bolehkah saya membawa Ibu dan saudara-saudara saya ikut bersama ke istana? Saya tidak bisa bersenang-senang diatas penderitaan mereka."
"Kamu tidak hanya cantik tapi juga baik hati. Saya izinkan kamu membawa serta keluargamu tetapi mereka hanya ditempatkan menjadi pelayan istana."
"Pelayan istana?"
"Karena saya bisa melihat penderitaan-penderitaan dimatamu selama ini. Itu terlihat jelas di wajah dan bentuk matamu yang mencekung. Sekaranglah saatnya keadaan berbalik. Sudah saatnya kamu merasakan kebahagiaan. Maka dari itu, ikutlah bersama saya ke istana."
Hari itu juga diadakan pesta besar-besaran di istana dan seluruh pelosok negeri. Semua bersuka cita dengan kepulangan Pangeran Charles bersama istri pilihannya yang kini menjadi pemimpin negeri yang baik hati, suka menolong dan dihormati seluruh penduduk negeri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment